Thursday, September 30, 2021

  Empat tahun kemudian kelas menulis Rumah Baca Akkitanawa (RBA) dihelat kembali. Ada gelombang dan semangat baru di kelas...

Pertemuan Pertama Tanpa Perkenalan

No comments:
 


 

Empat tahun kemudian kelas menulis Rumah Baca Akkitanawa (RBA) dihelat kembali. Ada gelombang dan semangat baru di kelas kali ini. Bukan berarti yang lalu tak punya semangat, namun kali ini berbeda.


Ada semacam gelora yang tak sekeras dulu. Walau saya mengakui, ini terlalu dini untuk menilai, sebab kelas baru saja dimulai. Tapi mari kita lihat nanti. Di pertemuan selanjutnya. Apa gelora itu terjaga. Tapi, di kelas saya bilang ke peserta bahwa proses seleksi pasti terjadi. Pada akhirnya, perjalanan kelas akan menentukan siapa yang bertahan. Walau tentu kita punya harapan semua peserta bertahan hingga kelas selesai.


Sisi lain, yang berbeda dari kelas ini, pesertanya sangat beragam, ada pelajar, mahasiswa dan dosen. Ini membuka ruang silang pengetahuan sangat kaya. Pengalaman terasa lengkap dipelajari. Data-data alam berpikir setiap generasi, setiap level umur menjadi terwakili.


***


Empat tahun yang lalu, kelas hanya berjalan empat kali pertemuan. Setelah itu, kelas bubar. Hingga hari ini saya tidak menemukan jawaban yang pasti penyebab bubarnya kelas kala itu. Saya hanya menduga, mungkin karena  peserta tidak sanggup menyetor tulisan setiap pertemuannya. Bisa jadi karena tulisannya tidak siap dikurasi dengan “kejam”.


Atau mungkin saja karena peserta punya kesibukan yang lebih penting daripada kelas menulis. Tapi yang pasti, kelas menulis empat tahun yang lalu, gagal melahirkan penulis dalam kategori tertentu.


Sejauh pengetahuan saya, di antara peserta tersebut, tak ada satu pun yang berhasil menulis di media daring yang bergengsi. Tak ada yang dapat dibaca di media cetak. Apalagi sampai melahirkan buku. Cita-cita mereka untuk menjadi penulis tidak kesampaian hingga hari ini.


Memang perlu diakui bahwa mengikuti kelas menulis di RBA, bukan satu-satunya jalan untuk menjadi penulis. Tentu di luar sana banyak jalan, yang penting mereka memiliki keuletan dalam belajar mandiri. Terus mengasah dirinya secara mandiri.


Kelas menulis ini, bisa dibilang hanya wadah pemantik, pemicu, motivasi, atau  tempat belajar bersama dalam menemukan cara menulis kita masing-masing. Kelas menulis ini, seumpama akademi yang berupaya menemukan potensi menulis kita. Di tempat ini, potensi itu digali dengan cara tertentu. Dengan metode tersendiri.


Perihal metode, kelas kali ini menerapkan metode yang tak jauh berbeda kelas menulis empat tahun lalu. Metode ini tetap dipakai, sebab sejauh ini, jika konsisten dijalankan, ia benar-benar bisa melahirkan penulis sebagaimana yang lalu-lalu, di tempat lain. Penulis yang dimaksud, tentu dalam kategori yang sesuai dengan target kami.


***


Minggu pada siang yang terik, peserta mulai berdatangan satu-persatu. Tak lama itu, kelas dimulai. Saya tidak memulai dengan perkenalan. Saya berpikir, pada akhirnya mereka akan akrab satu sama lain dengan seringnya bertemu dalam kelas.


Saya memulai dengan menjelaskan arah kelas. Menguraikan apa saja yang menjadi target kita mengikuti kelas menulis ini. Yang pasti tak lupa membahas kewajiban peserta.


Orientasi kelas dimulai dengan membahas metode. Kita bersepakat memadukan teori dan praktik, walau kita juga bersepakat memberi ruang lebih besar pada praktik. Makanya, peserta perlu memenuhi kewajiban menyetor tulisan setiap pertemuan.


Pemeriksaan tulisan bersama-sama adalah cara yang kami tempuh. Ini adalah jalan memberi ruang akan kesamaan dalam kelas. Kami membangun prinsip semua bisa memberi masukan satu sama lain di setiap tulisan yang diperiksa. Kami mengikrarkan bahwa peserta kelas bisa jadi murid dan guru. Kami akan belajar bersama-sama.


***


Ada tiga aspek di tulisan peserta yang akan diperiksa. Pertama, aspek bahasa dan segala aturan-aturannya. Ini tentu bukan perkara mudah. Kita seperti kembali belajar Bahasa Indonesia. Kita perlu lagi mengeja bahasa baku. Kemudian hal lain, peletakan tanda baca yang tepat juga akan kami periksa di aspek ini.


Kedua, logika tulisan. Tentu tulisan adalah rangkaian premis. Tulisan kadang kala mengalami masalah disebabkan oleh premis yang tidak koheren satu sama lain, sehingga maksud tulisan susah untuk dimengerti. Perkara yang lain, premis tulisan kadang berbelit-belit yang sebenarnya bisa diefektifkan. Bisa disederhanakan.

 

Ketiga, ide atau gagasan tulisan. Memeriksa ide, juga bukan pekerjaan mudah. Karena ini perkara memeriksa pikiran si penulis dalam tulisannya. Tentu kami hanya dijembatani oleh referensi yang penulis/peserta pakai. Ditelusuri melalui data-data yang ia digunakan.


***


Menjelang magrib, pertemuan pertama selesai. Kami akan ketemu di Minggu berikutnya. Peserta balik ke rumah masing-masing. Saya berharap, di perjalanan pulang mereka sudah memikirkan bahan yang akan mereka tuliskan. Semoga. Kita lihat saja hari Minggu berikutnya. Sampai jumpa.

 

 

Asran Salam

Founder Rumah Baca Akkitanawa

No comments:

Post a Comment