Wednesday, January 18, 2023

Sudah tiga tahun tiga bulan saya menjadi fasilitator desa. Waktu yang tentu belum cukup lama jika kita bekerja dalam desa dengan...

Sebuah Pengalaman tentang Desa

No comments:
 


Sudah tiga tahun tiga bulan saya menjadi fasilitator desa. Waktu yang tentu belum cukup lama jika kita bekerja dalam desa dengan segala kompleksitasnya. Di desa sudah banyak berubah. Dulu, mungkin "patronase" menjadi wajah desa. Dulu, desa sangat tergantung pada sosok yang punya karismatik.

Seperti kata Weber, karisma adalah kekuatan revolusioner serupa dengan "akal" yang bekerja dari luar. Mengingatkan situasi kehidupan dengan masalah-masalahnya. Sosok karisma mampu mencerdaskan individu lain. Mencerahkan dengan lakon hidup yang patut dicontoh. Tokoh karismatik memiliki kekuatan spiritual membaca arah zaman. Sosok karisma tampil menjadi kohesi sosial di desa.

Dulu, individu yang menjadi pemimpin di desa dianggap memiliki kelebihan di atas rata-rata masyarakat desa pada umumnya. Ia memiliki daya magis agar warga menjadi taat, patuh pada nilai-nilai luhur yang ada.

Kini, desa sudah berjalan dengan dinamikanya yang baru. Tentu tak lagi sama dinamika yang lalu-lalu. Tokoh karismatik semakin sulit ditemukan. Para pemimpin kepala desa umumnya tak memiliki kekuatan sebagaimana tokoh karismatik. Kini, pemilihan kepala desa tidak lagi berdasarkan sepenuhnya pada ketokohan dengan kelebihan tertentu (karisma) tapi melalui hitung-hitungan pada bilik suara. Dan, di sana transaksi berjalan dengan apik, halus, sistematis dan massif.

***

Semenjak Undang-Undang Desa lahir, desa diharap bisa menentukan arah masa depannya sendiri secara terukur. Partisipasi desa dalam pembangunan adalah ide-ide yang termaktub dalam undang-undang tersebut. Demokratitasi desa adalah wajah lain dari UU Desa itu. Tapi, kadangkala teori berjalan pada sisi kanan dan praktik pada jalur kiri. UU Desa bukan tanpa risiko. Adanya UU Desa akhirnya mengalir juga dana desa yang cukup besar ke rekening desa. Di sinilah awalnya. Titik inilah celanya.

Dana desa yang cukup besar punya wajah ganda dipraktiknya. Sesarinya ia penunjang dalam melaksanakan ide-ide dalam UU Desa, namun, melahirkan wajah lain. Justru dana desa punya pengaruh pada wajah sosial desa. Perburuan pemimpin di desa menjadi titik dasarnya. Di titik inilah karisma pemimpin tak lagi utama. Calon pemimpin bukan lagi pada modal sosial yang panjang. Tapi pada modal uang yang besar. Konflik kepentingan semakin tinggi. Gesekan masyarakat semakin panas. Sosial desa jadi amburadul. Kohesi sosial jadi retak.

Benar, dana desa tentu punya nilai positif. Sudah ribuan kilometer jalan tani, drainase, rabat beton hadir di desa yang dulunya susah direalisasikan. Susah dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Tapi, semua itu,  ada juga yang tidak tepat sasaran. Sisi lain, banyaknya pembangunan infrastruktur fisik di desa pada akhirnya menafikan pembangunan manusia dan budayanya.  Pemberdayaan tidak menjadi prioritas. Ia hanya menjadi pilihan kedua.

***

Sekali lagi, tiga tahun tiga bulan saya menjadi fasilitator di desa, di Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu, tentu masih waktu yang singkat. Perubahan pola pikir di kalangan pemerintah desa dan masyarakat bukanlah pekerjaan mudah. Perihal satu ini, saya seperti melihat kura-kura yang berjalan. Sungguh lambat. Namun harapan tetap ada, sebab ia masih terus bergerak.

Saya melihat sedikit demi sedikit program pemberdayaan sudah menjadi alam pikir pemerintah desa. Hal ini dapat saya ceritakan bagaimana desa-desa di lokasi dampingam saya merumuskan kebijakannya. Geliat membangun wisata untuk ekonomi desa kini menjadi rumusan di musyawarah desa bahkan sudah ada desa yang sedang mengerjakannya secara bertahap.

Selain wisata, peningkatan literasi desa menjadi hal lain dari kesadaran pemerintah desa. Literasi hal mendasar dibangun untuk generasi yang lebih baik kedepan. Saya membayangkan jika semua yang direncakanan berjalan maksimal, desa-desa di Bajo Barat akan punya keunikan masing-masing namun tetap terintegrasi satu sama lain.
































No comments:

Post a Comment