Sunday, April 4, 2021

Masih doa yang sama. Seperti tahun awal kehadiranmu. Bagi saya, sebagai ayahmu, doa ini adalah yang terbaik untukmu dari sekian ...

Muhammadku, Harapan Penuh Kasih

1 comment:
 


Masih doa yang sama. Seperti tahun awal kehadiranmu. Bagi saya, sebagai ayahmu, doa ini adalah yang terbaik untukmu dari sekian yang ayah rapalkan kepada Sang Kudus. "Ya Tuhan, tumbuhkanlah ia menjadi manusia yang bermanfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama" Demikian redaksi doa itu untukmu, Muhammadku. 

Doa ini, kupanjatkan dengan penuh kesadaran. Dibait-baitnya, adalah hasil refleksi pengetahuan ayah, ihwal manusia sebaiknya melakukan apa. Dimunajat itu, ayah hendak melihat engkau di saat besar, tak sibuk memilah keyakinan seseorang. Menggolongkannya dalam kategori kafir dan mukmin. Tak terlibat menyaring manusia, mana yang layak masuk surga dan neraka. Sebab itu, bukan urusan manusia Nak. Biarlah Tuhan menentukannya. Kita tak punya kuasa akan hal itu.

Muhammadku, dimunajat ayah, ada gambaran jelas tentang apa yang sebaiknya dilakukan--yakni berbuat baik sebanyak-banyaknya kepada sesama. Ia isyarat akan tugas utamamu--tugas manusia yang subtil. Untuk berbuat pada sesama, tak mesti engkau melihat ia satu etnis, agama, dan sebangsa denganmu. Berbuat baiklah kepada semua manusia tanpa memilah dan memilih-milih. Ayah tahu, itu sungguh berat. Sebab ego kita kadang lebih besar menguasai. Ia begitu cepat menggunung dan menjadi pembatas untuk kita berbuat baik. 

Tapi untuk melawan ego itu, ayah siapkan buku-buku untuk engkau baca. Bukunya sangat beragam. Mulai buku yang dianggap paling "beriman" hingga buku yang dianggap paling "kafir" oleh sebagian orang.

Beragam kitab suci juga disiapkan untukmu. Selain al-Quran, engkau perlu membaca Injil, Taurat, dan Zabur. Alasannya cuma satu, supaya engkau bisa memahami keluarga dan tetanggamu dengan baik, yang kebetulan menganut agama yang lain (tak sama dengan orang tuamu). Supaya engkau tetap bisa bersama mereka tanpa harus ada sekat. 

Ayah tahu, buku tak cukup sepenuhnya menghalau berhala ego. Namun, setidaknya dari buku itu, engkau dapat belajar banyak kebijaksanaan dari orang lain. Mengantarmu mengetahui sesuatu dengan cermat sebelum menentukan penilaian. 

Muhammadku, banyak membaca setidaknya menjadi penyaring segala informasi yang tidak benar datang kepadamu. Memberi cakrawala atas ragam realitas di hadapanmu. Membaca akan menjadi cahaya pada gelap gulita jalanmu. Menjadi lampu sorot untuk melihat dari jauh apa yang terjadi sesungguhnya di sana.

Muhammadku, hidup kedepan semakin tak dapat dipastikan. Laju sejarah tak dapat dipola. Orang-orang yang hidup jauh dari zaman kita, tak pernah membayangkan bahwa hanya butuh 500 tahun, kini dunia bisa digenggam. Melalui jempol kita kejadian di sana yang jauh dapat disaksikan seperti kita hadir di sana. 

Dulu tidak terbayangkan, bahwa manusia bisa menciptakan imitasi manusia dengan kesadaran sama dengan manusia. Ilmuan menamai penemuan ini sebagai intelegensi artifisial. Perubahan itu begitu cepat. Ini karena sains dan teknologi semakin laju. 

Nak, belajarlah sains tanpa harus meninggalkan agama persis seperti apa yang dilakukan Ibnu Sina. Agama perlu engkau tafsirkan secara progresif. Tafsiran yang mendorong penemuan ilmu pengetahuan namun tanpa kehilangan tanggungjawab sosial. 

5 April 2021, tepat 4 tahun engkau mengarungi hidup. Seperti namamu engkau akan selalu melihat dengan hati. Ia menjadi spirit untuk berguna pada sesama dalam batas tak terhingga.

1 comment:

  1. Barakallah fii umurik Muhammad, kelak jadilah sahabat bagi siapa saja tanpa pandang dari mana ia berasal dan dari agama apa ia anut. Selamat bertumbuh Muhammad, semoga kelak menjadi pemimpin penuh sahaja yang dikelilingi segala kebaikan serta kebahagiaan. Serta menjadi penyejuk lahir batin bagi Bunda dan Ayahmu. Amin. Salam dari perempuan yang akan berjumpa Muhammad di belasan hari ke depan. Hehe.

    ReplyDelete