Kritik itu Penting

Di sore yang rintik, seorang sahabat,kakak sekaligus guru bagiku datang berkunjung ke kediamanku. Kami bicara banyak hal sebuah ritus yang sering kami lakukan di waktu-waktu yang lalu. Namun, karena jarak yang jauh serta kesibukan, ritus itu lama kami tak lakukan. 

Sore yang basah itu aku sangat bahagia. Sebab, ada kenangan yang dirajut dalam bingkai hidup yang tak lagi sama namun tak ada yang berubah; Masih saja bicara idealitas; politik, sosial, agama dll.

Selain itu, pada sore yang sendu itu, tak lupa juga kami membicarakan kawan-kawan yang lain. Aktivitas mereka, kondisi keluarga dll. 

Sepanjang pembicaraan pada sore itu, ada satu hal yang sangat tersimpan dalam benakku. Ketika sahabat, kakak sekaligus guru bagiku itu bercerita bahwa  saban hari ia pernah menjadi pembicara pada kegiatan bedah buku. 

Pada bedah buku itu, ia banyak mengkritik isi buku tersebut. Singkat cerita, disaat memasuki sesi tanya jawab, salah satu peserta merasa keberatan dengan kritik terhadap buku tersebut. Peserta itu merasa tidak nyaman karena buku yang tulis oleh gurunya itu dikritik.

Melihat psikologis peserta itu. Kawan, kakak segaligus guruku itu mengingatkan peserta itu; "jika anda mencintai guru anda, maka anda perlu mengkritik bukunya ini. Tidak hanya menerima begitu saja".

Memang dalam banyak hal, relasi guru murid kadang menjadi "penjara". Ada kalanya yang mengaku guru enggan untuk dikritik dan dilampaui oleh muridnya. Ataupun sebaliknya, murid enggan mengkritik gurunya karena selama ini ia menjadi murid yang patuh dan taat semata pada kata-kata gurunya.

Pada akhirnya,saya berterima kasih kepada guru-guru yang tetap bersedia untuk dikritik. Bagiku itu penanda kebesaran jiwanya. Untuk adik yang menjadikan aku guru mohon jangan segan mengkritik. Sebab itu akan mendidik jiwa saya untuk tidak merasa diri paling hebat.