Saturday, March 6, 2021

Semenjak jatuhnya Soeharto, kita merayakan apa disebut dengan demokrasi--lebih spesifik pemilihan umum. Ada asa baru dalam polit...

Industri Politik

No comments:
 



Semenjak jatuhnya Soeharto, kita merayakan apa disebut dengan demokrasi--lebih spesifik pemilihan umum. Ada asa baru dalam politik. Kita tak lagi dipimpin oleh diktator. Masyarakat sudah diberi ruang memilih langsung pemimpinnya. Memilah sesuai dengan yang ia sukai. Ingat! Yang ia sukai. Belum tentu karena gagasannya.

Berjalanannya waktu, pemilihan umum yang awalnya berkah berubah menjadi rimba yang tak bertepi. Di dalamnya banyak binatang buas siap saling memangsa. Siap menerkam yang lain. Memakannya tanpa ampun. 

Perjalanan waktu akhirnya membuktikan pemilahan umum disegala levelnya pusat hingga daerah akhirnya punya wataknya sendiri. Ia awalnya harapan berganti wajah menjadi komoditi. Ia menjadi industri yang melibatkan uang besar di dalamnya. Politik menjadi arena pertarungan uang. Itu yang lazim. Ada tanpa uang tapi sangat susah dan minim mendapat tempat. 

Dalam lingkaran industri politik, rakyat dan politikus dihubungkan oleh uang. Bukan karena gagasan dan ide yang diperjuangkan.  Siapa yang salah dalam relasi itu? Tak mudah menjawabnya. Yang jelas suara rakyat bukan lagi suara Tuhan. Karena itu, politikus tak bisa dituntut untuk menjadi dewa. Sisi lain, politikus tidak pernah sepenuhnya tulus bekerja. Tak bisa menjadi contoh. Sebab itu rakyat kehilangan kepercayaan. Rakyat dan politikus berada dilingkaran rumit yang bernama industri politik.

Di tahun 50-60an, di Indonesia, kita pernah disuguhi politik yang ciamik. Dalam arena politik, rakyat dihidangkan oleh gagasan. Ide-ide yang melimpah tentang bagaimana negara ini akan dibangun. Bagaimana negara dikelola. Platform politik adalah ideologi. Jenis kelamin politik jelas di setiap sisinya. Rakyat memilih dan memilah di setiap sisinya karena ada kesamaan gagasan atau ideologi. Saya merindukan atau kita merindukan wajah politik demikian agar tak ada lagi Nurdin Abdullah yang baru.

Nurdin Abdullah adalah korban dari Industri politik yang kejam. Entah siapa korban berikutnya.

No comments:

Post a Comment