Thursday, April 26, 2012

Oleh: Asran Salam* Disuatu Mayarakat yang sesak dengan ketidakadilan, perbudakan, pembunuhan anak perempuan karena hanya alasan yang t...

MENELADANI KEPIMIMPINAN SAHABAT RASULULLAH SAW

No comments:
 

Oleh: Asran Salam*

Disuatu Mayarakat yang sesak dengan ketidakadilan, perbudakan, pembunuhan anak perempuan karena hanya alasan yang tidak masuk akal bahwa memiliki anak perempuan adalah sebuah aib. Inilah sekelumit kecil wajah kondisi masyarakat Arab, kondisi Arab pada saat itu disebut masyarakat jahiliyah. Dalam kondisi masyarakat seperti itu lahirllah sala satu seorang sahabat Rasulullah SAW, Sepepu sekaligus menantu yang memiliki karakter kepemimpinan unik karena kehidupan keseharian dan kebijakan-kebijakannya.
Di Kota Mekkah tempat lahirnya, tepatnya pusaran kabbah. Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi salah satu pemimpin dalam islam. Anak ini bernama Ali bin Abi Thalib. Imam Ali demikianlah orang memanggilnya lahir pada tanggal 13 Rajab sekitar 610 Masehi, dia tumbuh besar dalam kondisi masyarakat dimana penindasan bukan lagi menjadi sebuah masalah, penbunuhan anak perempuan adalah budaya dan hal itu wajar, perbudakan adalah salah satu bentuk struktus sosial.
Setelah islam datang yang dibawah oleh Rasullah SAW yang merubah tatanan masyarakat tersebut , Imam Ali tampil sebagai penopang Rasulullah SAW, pembela disetiap gangguan yang mengancam Rasulullah. Imam Ali setia menemani Rasulullah baik suka dan duka untuk merubah tatanan masyarakat Arab yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid Islam.

Sepeninggal Rasululah SAW, Imam Ali tetap melanjutkkan perjuangan Rasullulah SAW yakni menghapuskan segala bentuk penindasan terhadap sesama manusia. Dia (imam Ali) tampil sebagai pemimpin yang tidak berjarak dengan dengan rakyatnya, kehidupan sehari-sehari imam Ali tampak tidak seperti pemimpim kebanyakan, tempat tinggal yang kelihatan sangat sederhana, makanan serta pakaian sangat sederhana sehingga orang yang paing melarat pun hidup lebih baik dari pada kehidupannya, walaupun Imam Ali memiliki kesempatan sebagai seorang pemimpin untuk hidup dalam kemewahan.
Pada suatu hari raya Abbdullah Ibn Zurarah yang menemui imam Ali dan dipinta untuk menemani sang imam untuk sarapan dengan makanan yang sangat sederhana, makanan yang sering dimakan oleh rakyat miskin. “Wahai Tuan! Engkau orang kaya, engkau seorang khalifah, aku berharap makanan mewah dan lezat dapat kita nikmati kata Ibn Zurarah”. Kau pernah dengar kisah Raja-Raja yang dulu hidup dengan serba mewah tapi, biarkanlah aku menjadi seorang Raja dan menjalani hidup seperti orang miskin, seperti kuli rendahan jawab imam Ali”      
Imam Ali memilih hidup dengan jauh dari kemewahan karena sebuah ironi ketika pemimpinnya kaya sedangkan rakyatnya miskin, sebuah ketimpangan ketika pemimpinnya hidup dalam kemewahan sedangkan rakyatnya hidup melarat. Prinsip inilah yang dipakai untuk menjalankan pemerintahannya.
Sikap hidup imam Ali tentunya berefek kepada kepercayaan rakyatnya, bahwa dia memang layak untuk menjadi pemimpin tanpa sebuah proses suksesi yang mengeluarkan banyak dana seperti yang terjadi pada pilpres di negeri ini. untuk mencitrakan calon presiden setiap tim sukses harus mengeluarkan banyak dana.
Pencitraan pemimpin yang baik, dekat dengan rakyat miskin yang terjadi pada diri imam Ali bukanlah sebuah desain untuk mengambil hati rakyat tetapi pencintraan itu lahir dari kesadaran rakyat karena memang kehidupan keseharian serta kebijakanya. Lain halnya dengan yang terjadi pada pilpres pada tanggal 8 juli 2009, pencitraan sosok presiden adalah sebuah desain media karena antara jualan politik dengan kenyataan sehari-hari sangat jauh berbeda.
Imam Ali dalam kepemimpinanya mampu menjadikan pilihan hidup jauh dari kemewahan sebagai sebuah gerak pemerintahan yang  akan mempengaruhi kebikakan yang keluarkan untuk rakyatnya maupun pejabat Negara. Prinsip jauh dari kemewahan dan dekat dengan rakyat miskin serta yang termarjinalkan melahirkan sebuah gerak dalam melawan segala bentuk korupsi, dan kesenjangan antara kaya dan miskin serta mengurangi kemiskinan dan memperbaiki mental rakyatnya.    
Dalam gerak ekonomi pemerintahan, imam Ali memperlakukan pajak yang dibagikan rata kepada rakyat miskin. Imam Ali lebih mendahulukan kesajahteraan rakyat miskin dan semua kebijakannya untuk mengangkat martabat orang-orang miskin. Suatu ketika salah satu sahabat dekat imam Ali datang menemuinya yang bernama Usman Bin Hunaif. Dia, “berkata kepada imam bahwa anda telah berhasil melaksanakan tugas sebagai pemerintah, karena anda telah menyalurkan keuangan dengan secara adil, menyemaratakan bagian rakyat jelata dengan pejabat, menghapus pemberian fasilitas dan tunjangan khusus untuk pejabat walaupun kebijakan ini banyak yang merasa terusik terkhusus pejabat yang ingin memperkaya diri ”.
Uraian diatas  adalah sebuah karakter agung seorang pemimpin dari gaya hidup keseharian dengan merasakan apa dirasakan rakyatnya  sampai kepada kebijakan-kebijakan semuanya dipertaruhkan untuk menaikkan martabat orang bawah(marjinal) sehingga Ali syariati menyebut Imam Ali sebagai pemimpim Mustada’afin atau pemimpin bagi orang yang tertindas.
Lalu kita kembali kenegeri ini dan menerawang sepak terjang pemimpin kita. Dimana dinegeri ini sumber daya alam yang sangat kaya namun tidak berbanding lurus dengan fakta sosial yang terjadi seperti kemiskinan, pengagguran, anak putus sekolah, menjadi pemandangan keseharian dinegeri ini yang seharusnya dengan kekayaan alam kita rakyat mestinya sejaterah.
  Ada apa dengan pemerintah negeri ini? dengan pertanyaan ini mungkin kita akan menemukan salah satu jawabannya, mereka (presiden) tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh imam Ali bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat dan merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat. Hal ini tentunya kita bisa lihat keseharian pemimpin kita mereka hidup dalam keadaan glamor dengan rumah dinas yang mewah, mobil dinas yang miliyaran makanan-makanan ala restoran yang harganya melangit tanpa memperhatikan bahwa banyak rakyat yang hidup dikolom-kolom jembatan dalam kesusahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Ada disetiap pesta demokrasi dinegeri ini ada harapan sebuah perubahan untuk memperhatikan mereka (rakyat) itu terealisasi namun kenyataanya malah pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan yang menafikkan mereka dengan menggusur yang mencoba mengais rezeki dengan menjual dipinggir jalan (PK5) hanya dengan asumsi keindahan kota dan ketertiban pengguna jalan.
Harapan itu tak pernah usai, titk-titik harapan rakyat coba untuk ditumpahkan datang ke TPS untuk mencoblos salah satu diantara calon yang bertarung dalam pesta demokrasi yang diselenggrakan baru-baru ini, namun dibalik harapan itu bayang skeptis tetap selalu hadir hal ini terjadi mungkin karena belum ada calon yang mencoba untuk meneladani sahabat Rasulullah yakni Imam Ali.
Mungkin kedepan calon presiden yang terpilih bisa menghapus skeptis masyarakat dengan sikap hidup serta kebijakan seperti apa yang dijalani imam Ali, sikap hidup yang sederhana yang jauh dari kemewahan serta kebijakan yang benar-benar memihak kepada rakyat kecil.
Sebuah harapan untuk pemimpin 5 tahun kedepan bangsa ini untuk mengaktualkan janji-janji politik pada saat kampanyenya, presiden terpilih dapat berkomitmen untuk membangun martabat masyarakat marjinal dengan kebijakannnya seperti komitmen hidup imam Ali pada saat memimpin.       

No comments:

Post a Comment