Oleh: Asran Salam*
Disuatu Mayarakat yang sesak dengan
ketidakadilan, perbudakan, pembunuhan anak perempuan karena hanya alasan yang
tidak masuk akal bahwa memiliki anak perempuan adalah sebuah aib. Inilah sekelumit
kecil wajah kondisi masyarakat Arab, kondisi Arab pada saat itu disebut
masyarakat jahiliyah. Dalam kondisi masyarakat seperti itu lahirllah sala satu
seorang sahabat Rasulullah SAW, Sepepu sekaligus menantu yang memiliki karakter
kepemimpinan unik karena kehidupan keseharian dan kebijakan-kebijakannya.
Di Kota Mekkah tempat lahirnya, tepatnya
pusaran kabbah. Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi salah satu
pemimpin dalam islam. Anak ini bernama Ali bin Abi Thalib. Imam Ali demikianlah
orang memanggilnya lahir pada tanggal 13 Rajab sekitar 610 Masehi, dia tumbuh
besar dalam kondisi masyarakat dimana penindasan bukan lagi menjadi sebuah
masalah, penbunuhan anak perempuan adalah budaya dan hal itu wajar, perbudakan
adalah salah satu bentuk struktus sosial.
Setelah islam datang yang dibawah oleh
Rasullah SAW yang merubah tatanan masyarakat tersebut , Imam Ali tampil sebagai
penopang Rasulullah SAW, pembela disetiap gangguan yang mengancam Rasulullah.
Imam Ali setia menemani Rasulullah baik suka dan duka untuk merubah tatanan
masyarakat Arab yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid Islam.
Sepeninggal Rasululah SAW, Imam Ali tetap melanjutkkan perjuangan Rasullulah SAW yakni menghapuskan segala bentuk penindasan terhadap sesama manusia. Dia (imam Ali) tampil sebagai pemimpin yang tidak berjarak dengan dengan rakyatnya, kehidupan sehari-sehari imam Ali tampak tidak seperti pemimpim kebanyakan, tempat tinggal yang kelihatan sangat sederhana, makanan serta pakaian sangat sederhana sehingga orang yang paing melarat pun hidup lebih baik dari pada kehidupannya, walaupun Imam Ali memiliki kesempatan sebagai seorang pemimpin untuk hidup dalam kemewahan.
Pada suatu hari raya Abbdullah Ibn
Zurarah yang menemui imam Ali dan dipinta untuk menemani sang imam untuk
sarapan dengan makanan yang sangat sederhana, makanan yang sering dimakan oleh
rakyat miskin. “Wahai Tuan! Engkau orang kaya, engkau seorang khalifah, aku
berharap makanan mewah dan lezat dapat kita nikmati kata Ibn Zurarah”. Kau
pernah dengar kisah Raja-Raja yang dulu hidup dengan serba mewah tapi,
biarkanlah aku menjadi seorang Raja dan menjalani hidup seperti orang miskin,
seperti kuli rendahan jawab imam Ali”
Imam Ali memilih hidup dengan jauh dari
kemewahan karena sebuah ironi ketika pemimpinnya kaya sedangkan rakyatnya
miskin, sebuah ketimpangan ketika pemimpinnya hidup dalam kemewahan sedangkan
rakyatnya hidup melarat. Prinsip inilah yang dipakai untuk menjalankan
pemerintahannya.
Sikap hidup imam Ali tentunya berefek
kepada kepercayaan rakyatnya, bahwa dia memang layak untuk menjadi pemimpin
tanpa sebuah proses suksesi yang mengeluarkan banyak dana seperti yang terjadi
pada pilpres di negeri ini. untuk mencitrakan calon presiden setiap tim sukses
harus mengeluarkan banyak dana.
Pencitraan pemimpin yang baik, dekat
dengan rakyat miskin yang terjadi pada diri imam Ali bukanlah sebuah desain
untuk mengambil hati rakyat tetapi pencintraan itu lahir dari kesadaran rakyat
karena memang kehidupan keseharian serta kebijakanya. Lain halnya dengan yang terjadi
pada pilpres pada tanggal 8 juli 2009, pencitraan sosok presiden adalah sebuah
desain media karena antara jualan politik dengan kenyataan sehari-hari sangat
jauh berbeda.
Imam Ali dalam kepemimpinanya mampu
menjadikan pilihan hidup jauh dari kemewahan sebagai sebuah gerak pemerintahan
yang akan mempengaruhi kebikakan yang
keluarkan untuk rakyatnya maupun pejabat Negara. Prinsip jauh dari kemewahan
dan dekat dengan rakyat miskin serta yang termarjinalkan melahirkan sebuah
gerak dalam melawan segala bentuk korupsi, dan kesenjangan antara kaya dan
miskin serta mengurangi kemiskinan dan memperbaiki mental rakyatnya.
Dalam gerak ekonomi pemerintahan, imam
Ali memperlakukan pajak yang dibagikan rata kepada rakyat miskin. Imam Ali
lebih mendahulukan kesajahteraan rakyat miskin dan semua kebijakannya untuk
mengangkat martabat orang-orang miskin. Suatu ketika salah satu sahabat dekat
imam Ali datang menemuinya yang bernama Usman Bin Hunaif. Dia, “berkata kepada
imam bahwa anda telah berhasil melaksanakan tugas sebagai pemerintah, karena
anda telah menyalurkan keuangan dengan secara adil, menyemaratakan bagian
rakyat jelata dengan pejabat, menghapus pemberian fasilitas dan tunjangan
khusus untuk pejabat walaupun kebijakan ini banyak yang merasa terusik terkhusus
pejabat yang ingin memperkaya diri ”.
Uraian diatas adalah sebuah karakter agung seorang pemimpin
dari gaya hidup
keseharian dengan merasakan apa dirasakan rakyatnya sampai kepada kebijakan-kebijakan semuanya
dipertaruhkan untuk menaikkan martabat orang bawah(marjinal) sehingga Ali
syariati menyebut Imam Ali sebagai pemimpim Mustada’afin atau pemimpin bagi
orang yang tertindas.
Lalu kita kembali kenegeri ini dan
menerawang sepak terjang pemimpin kita. Dimana dinegeri ini sumber daya alam
yang sangat kaya namun tidak berbanding lurus dengan fakta sosial yang terjadi
seperti kemiskinan, pengagguran, anak putus sekolah, menjadi pemandangan
keseharian dinegeri ini yang seharusnya dengan kekayaan alam kita rakyat
mestinya sejaterah.
Harapan itu tak pernah usai, titk-titik
harapan rakyat coba untuk ditumpahkan datang ke TPS untuk mencoblos salah satu
diantara calon yang bertarung dalam pesta demokrasi yang diselenggrakan
baru-baru ini, namun dibalik harapan itu bayang skeptis tetap selalu hadir hal
ini terjadi mungkin karena belum ada calon yang mencoba untuk meneladani
sahabat Rasulullah yakni Imam Ali.
Mungkin kedepan calon presiden yang
terpilih bisa menghapus skeptis masyarakat dengan sikap hidup serta kebijakan
seperti apa yang dijalani imam Ali, sikap hidup yang sederhana yang jauh dari
kemewahan serta kebijakan yang benar-benar memihak kepada rakyat kecil.
Sebuah harapan untuk pemimpin 5 tahun
kedepan bangsa ini untuk mengaktualkan janji-janji politik pada saat
kampanyenya, presiden terpilih dapat berkomitmen untuk membangun martabat
masyarakat marjinal dengan kebijakannnya seperti komitmen hidup imam Ali pada
saat memimpin.
No comments:
Post a Comment