Asran salam
Banyak tokoh
atau pemikir yang merumuskan tentang teori asal muasal sebuah negara, namun
terlepas dari semua teori tersebut, ada sebuah kenyatan historis yang yang
tidak terbantahkan bahwa Indonesia
sebagai sebuah negara yang berdiri dan merdeka dari penjajahan berkat
perjuangan rakyatnya yang heroik. Mereka para pejuang bangkit untuk menentang
kolonialisasi yang terjadi di bumi nusantara ini.
Darah banyak
tertumpah di bumi pertiwi demi sebuah harapan untuk terbebas dari kolonialisasi
atau penjajahan. Negera yang berdiri di atas para tetesan darah pejuangnya,
kini lesuh dan mengalami kerapuhan serta kemunduran. Darah para pahlawan tidak
mampu menjadi pengingat yang selalu tersimpan dalam memori kolektif kita. Sepertinya
perjuangan mereka begitu cepat dilupakan.
Mereka (para
pahlawan) mengorbakan jiwa dan raganya untuk negara yang di cintainya agar
mampu bangkit dan terbebas dari segala penjajahan dengan sebuah harapan agar
anak cucu mereka tidak lagi merasakan penjajahan. Harapan yang agung dari para
pahlawan, sepertinya telah diabaikan oleh anak cucu mereka terbukti dengan
tidak diwujudkannya harapan tersebut dalam kenyataan. Bagaimana tidak, kita
sebagai generasi pelanjut masih membiarkan para penjajah itu di negara ini. Negara
kita memang sudah merdeka, namun kemerdekaan yang kita rasakan hanya
terbebasnya dari penjajahan fisik yang pada hakikatnya model penjajahan baru
(neokolonial) masih menggorogoti negara kita.
Penjajahan baru
yang kini menimpa negara kita berbentuk penguasaan semua aset-aset negara oleh
pihak asing, dan anehnya yang menyerahkan itu adalah para pemimpin negara kita
melalui beberapa kontrak dengan regulasi tertentu yang faktanya banyak
merugikan negara. Apa yang dilakukan oleh pemimpin sekarang ini sungguh jauh berbeda
dari perjuangan para pahlawan. Pahlawan kita dulu berjuang mengusir penjajah
namun sekarang kita mala “memanggil” penjajah masuk dalam negara kita.
Negera yang
besar terbentang dari sabang hingga merauke, kekayaan alamnya yang melimpah,
letaknya yang sangat geografis namun semua itu tidak mampu mengangkat derajat
serta martabat negera ini yang kian hari semakin terpuruk dengan berbagai
problem yang melilitnya. Problem negara yang begitu banyak hingga berakibat
tidak maksimalnya peran-peran negara, dengan demikian maka wajar jika kita
mengatakan bahwa negara saat ini berada dalam bingkai kemunduran.
Kemunduraan
sebuah negara sebagaimana menurut teori dependency melihat bahwa penyebab adalah
faktor eksternal dan struktural. Adanya ketergantungan dari penetrasi asing dan
dunia luar menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran dalam struktur ekonomi,
politik, budaya, ‘pinggiran’ yang pada gilirannya menimbulkan konflik sosial
yang gawat dan akhirnya menimbulkan penindasan negara terhadap rakyat
dimasyarakat yang tergantug itu.
Selain teori dependency tentang kemunduran negara,
teori moderen juga melihat bahwa sebuah negara mengalami kemunduran itu
disebabkan oleh faktor internal dan kultural dalam artian bahwa sebuah negara
ketika mengalami berbagai problem internal dan kulutral hal ini yang akan
menjadi pemicu sebuah kemunduran negara. Ketika mengamati kedua teori tersebut
maka, negara ini berada kedalam kerangka teori ini.
Peran negara
dari segi ekonomi terkait dengan basic
needs Rakyat, sederhananya meliputi penyediaan sandang, pangan, dan papan
kepada rakyatnya namun kini negara tidak mampu menyediakan sepenuhnya kepada
rakyat, kita saksikan kemiskinan masih mencapai angka yang sangat tragis yakni
kemiskinan saat ini ketika kita mengacu
pada penerima beras rakyat miskin tahun 2010 maka di negara ini mencapai 70
juta jiwa dan penerima layanan kesehatan bagi orang miskin (Jamkesmas) mencapai
76,4 juta jiwa, disisi lain masih banyak rakyat yang tinggal
ditempat-tempat kumuh. Dengan demikian salah satuh peran negara dari segi
ekonomi sedang mengalami kepudaran bahkan kemunduran yang seharusnya selama
dalam rentang perjalanan negara ini sudah terselesaiakan.
Dari
segi hukum peran negara semestinya memperlakukan hukum yang sama terhadap rakyatnya,
tapi kenyataan kita jumpai sepertinya hukum di negara ini hanya di peruntukkkan
bagi orang-orang bawah yang tidak memiliki kekuasaan ataupun uang. Mungkin masih
segar dingatan kita bagaimana kasus hukum terkait korupsi seperti skandal
century yang telah meraip uang rakyat hingga 6,7 triliun rupiah, korupsi para
wakil rakyat sangat mewabah hingga menjalar sampai pada instansi kepolisian
serta kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang kini tidak menujukkan titik terang
bahwa akan selesai di usut higga keakar-akarnya.
Peran negara
dalam bentuk budaya yang juga telah mengalami kemunduran dimana dalam
sejarahnya negara ini dikenal sebagai negara yang santun, ramah, tolenransi dijunjung
tinggi namun kejadian akhir-akhir seperti kekerasan terhadap aliran Ahmadiyah
yang dilakukan oleh golongan tertentu mengindikasikan bahwa semua tentang negara
yang ramah, santun, toleran akan tinggal sejarah. Saat ini, tercipta sebuah
teror dalam bentuk perasaan tidak aman, golongan minoritas begitu dikebiri oleh
golongan yang mayoritas dan pemerintah beserta aparat masih juga tidak
bertindak cekatan sehingga kejadian seperti itu terus berulang.
Peran negara
dalam penyediaan kesehatan dan pendidikan yang juga merupakan bagian dari basic nedss rakyat hingga sekarang ini
juga belum menjadi prioritas, biaya pendidikan dan kesehatan masih terlalu
mahal untuk dijangkau oleh masyarakat bawah, sebuah kewajaran ketika negara ini
tertinggal jauh dan tidak mampu untuk mengejar bangsa lain karena pendidikan
misalnya merupakan sebuah instrument penting dalam mengankat harkat serta martabat
bangsa masih dalam keadaan terpuruk.
Partai politik
yang diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi rakyat akan
tetapi faktanya partai politik sibuk dan terjebak pada pragmatisme politik serta
lobi-lobi kekuasaan. Sampai hari ini kita tidak pernah menemukan partai politik
yang ideologis dalam memperjuangankan hak-hak rakyat, lihat saja bagaimana
kepengentingan itu bermain dalam proses penentungan hak angket pajak. Negara ini
dari segi politik melalui partai politik tidak memiliki arah yang jelas dalam
membangun rakyatnya.
Pemerintah pusat
hingga daerah yang mengelolah negara ini, di harapkan mampu memungsikan dan
menjalankan peran-peran negara kembali sebagaimana mestinya, namun sepertinya
jauh dari harapan karena saat ini pemerintah masih sibuk dengan politik serta
bagimana mempertahankan kekuasaan atau sibuk menjaga citra agar tetap disenangi
oleh rakyat. Persiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai pemegang
kebijakan tertinggi negara ini juga masih terjebak dalam arus menjaga kekuasaan
dan citra hingga tugas-tugasnya sebagai kepala negara banyak yang terabaikan. Kritik
dari berbagai elemen masyarakat pun
tidak jadikan sebagai motivasi untuk bekerja akan tetapi krtitik itu dianggap sebagai
langkah untuk menjatuhkan dari
kekuasaanya.
Persiden SBY, banyak
tampil dalam media layaknya para artis mengumbar berbagai program dan janji bahwa
akan menyelesaikan semua permasalahan negara, semua itu hanya berada dalam
retoris belaka karena faktanya berbagai kasus di negara belum juga diselesaikan.
Ketegasan yang butuhkan untuk mengeluarkan kebijakan guna memperbaiki problem
negara namun yang di suguhkan adalah memohon belas kasihan agar dimaklumi.
Negara yang
tanahnya pernah di basahi dara para pejuang dan pahlawan kini berwajah buram.
Buram karena tindakan para penguasa yang tidak menjalankan peran-perannya.
Negara ini sudah lama dieksploitasi untuk kepentingan golongan tertentu.
kekayannya mulai habis untuk membiayai pertarungan politik dan kekuasaan.
Kekayaan negara yang semestinya membiayai kebutuhan dasar rakyat telah dirampas
oleh pemerintahnya sendiri dan segelintir golongan. Mereka terjajah dinegeri
sendiri.
Pada
perjalanannya yang telah lama merdeka, negeri ini harusnya telah maju dan dapat
di sejajarkan dengan negeri maju yang lain tapi apa yan terjadi, bahkan
Malaysia pun yang negaranya sangat kecil yang dulu sangat jauh tertinggal dari
negara ini kini telah jauh meninggalkan kita. Harapan kita agar negera ini
semakin maju tidak kunjung kita jumpai sehingga semuanya hanya menjadi
angan-angan. Negera ini tidak berjalan maju akan tetapi yang terjadi mala
sebaliknya negara ini sedang berjalan menuju kemunduran.**