Thursday, April 26, 2012

Asran salam Banyak tokoh atau pemikir yang merumuskan tentang teori asal muasal sebuah negara, namun terlepas dari semua teori tersebu...

Pudarnya Peran Negara

No comments:
 

Asran salam

Banyak tokoh atau pemikir yang merumuskan tentang teori asal muasal sebuah negara, namun terlepas dari semua teori tersebut, ada sebuah kenyatan historis yang yang tidak terbantahkan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara yang berdiri dan merdeka dari penjajahan berkat perjuangan rakyatnya yang heroik. Mereka para pejuang bangkit untuk menentang kolonialisasi yang terjadi di bumi nusantara ini.
Darah banyak tertumpah di bumi pertiwi demi sebuah harapan untuk terbebas dari kolonialisasi atau penjajahan. Negera yang berdiri di atas para tetesan darah pejuangnya, kini lesuh dan mengalami kerapuhan serta kemunduran. Darah para pahlawan tidak mampu menjadi pengingat yang selalu tersimpan dalam memori kolektif kita. Sepertinya perjuangan mereka begitu cepat dilupakan.
Mereka (para pahlawan) mengorbakan jiwa dan raganya untuk negara yang di cintainya agar mampu bangkit dan terbebas dari segala penjajahan dengan sebuah harapan agar anak cucu mereka tidak lagi merasakan penjajahan. Harapan yang agung dari para pahlawan, sepertinya telah diabaikan oleh anak cucu mereka terbukti dengan tidak diwujudkannya harapan tersebut dalam kenyataan. Bagaimana tidak, kita sebagai generasi pelanjut masih membiarkan para penjajah itu di negara ini. Negara kita memang sudah merdeka, namun kemerdekaan yang kita rasakan hanya terbebasnya dari penjajahan fisik yang pada hakikatnya model penjajahan baru (neokolonial) masih menggorogoti negara kita.
Penjajahan baru yang kini menimpa negara kita berbentuk penguasaan semua aset-aset negara oleh pihak asing, dan anehnya yang menyerahkan itu adalah para pemimpin negara kita melalui beberapa kontrak dengan regulasi tertentu yang faktanya banyak merugikan negara. Apa yang dilakukan oleh pemimpin sekarang ini sungguh jauh berbeda dari perjuangan para pahlawan. Pahlawan kita dulu berjuang mengusir penjajah namun sekarang kita mala “memanggil” penjajah masuk dalam negara kita.
Negera yang besar terbentang dari sabang hingga merauke, kekayaan alamnya yang melimpah, letaknya yang sangat geografis namun semua itu tidak mampu mengangkat derajat serta martabat negera ini yang kian hari semakin terpuruk dengan berbagai problem yang melilitnya. Problem negara yang begitu banyak hingga berakibat tidak maksimalnya peran-peran negara, dengan demikian maka wajar jika kita mengatakan bahwa negara saat ini berada dalam bingkai kemunduran.
Kemunduraan sebuah negara sebagaimana menurut  teori dependency melihat bahwa penyebab adalah faktor eksternal dan struktural. Adanya ketergantungan dari penetrasi asing dan dunia luar menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran dalam struktur ekonomi, politik, budaya, ‘pinggiran’ yang pada gilirannya menimbulkan konflik sosial yang gawat dan akhirnya menimbulkan penindasan negara terhadap rakyat dimasyarakat yang tergantug itu.
Selain teori dependency tentang kemunduran negara, teori moderen juga melihat bahwa sebuah negara mengalami kemunduran itu disebabkan oleh faktor internal dan kultural dalam artian bahwa sebuah negara ketika mengalami berbagai problem internal dan kulutral hal ini yang akan menjadi pemicu sebuah kemunduran negara. Ketika mengamati kedua teori tersebut maka, negara ini berada kedalam kerangka teori ini.
Peran negara dari segi ekonomi terkait dengan basic needs Rakyat, sederhananya meliputi penyediaan sandang, pangan, dan papan kepada rakyatnya namun kini negara tidak mampu menyediakan sepenuhnya kepada rakyat, kita saksikan kemiskinan masih mencapai angka yang sangat tragis yakni kemiskinan saat ini ketika kita mengacu pada penerima beras rakyat miskin tahun 2010 maka di negara ini mencapai 70 juta jiwa dan penerima layanan kesehatan bagi orang miskin (Jamkesmas) mencapai 76,4 juta jiwa, disisi lain masih banyak rakyat yang tinggal ditempat-tempat kumuh. Dengan demikian salah satuh peran negara dari segi ekonomi sedang mengalami kepudaran bahkan kemunduran yang seharusnya selama dalam rentang perjalanan negara ini sudah terselesaiakan.
 Dari segi hukum peran negara semestinya memperlakukan hukum yang sama terhadap rakyatnya, tapi kenyataan kita jumpai sepertinya hukum di negara ini hanya di peruntukkkan bagi orang-orang bawah yang tidak memiliki kekuasaan ataupun uang. Mungkin masih segar dingatan kita bagaimana kasus hukum terkait korupsi seperti skandal century yang telah meraip uang rakyat hingga 6,7 triliun rupiah, korupsi para wakil rakyat sangat mewabah hingga menjalar sampai pada instansi kepolisian serta kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang kini tidak menujukkan titik terang bahwa akan selesai di usut higga keakar-akarnya.
Peran negara dalam bentuk budaya yang juga telah mengalami kemunduran dimana dalam sejarahnya negara ini dikenal sebagai negara yang santun, ramah, tolenransi dijunjung tinggi namun kejadian akhir-akhir seperti kekerasan terhadap aliran Ahmadiyah yang dilakukan oleh golongan tertentu mengindikasikan bahwa semua tentang negara yang ramah, santun, toleran akan tinggal sejarah. Saat ini, tercipta sebuah teror dalam bentuk perasaan tidak aman, golongan minoritas begitu dikebiri oleh golongan yang mayoritas dan pemerintah beserta aparat masih juga tidak bertindak cekatan sehingga kejadian seperti itu terus berulang.
Peran negara dalam penyediaan kesehatan dan pendidikan yang juga merupakan bagian dari basic nedss rakyat hingga sekarang ini juga belum menjadi prioritas, biaya pendidikan dan kesehatan masih terlalu mahal untuk dijangkau oleh masyarakat bawah, sebuah kewajaran ketika negara ini tertinggal jauh dan tidak mampu untuk mengejar bangsa lain karena pendidikan misalnya merupakan sebuah instrument penting dalam mengankat harkat serta martabat bangsa masih dalam keadaan terpuruk.
Partai politik yang diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi rakyat akan tetapi faktanya partai politik sibuk dan terjebak pada pragmatisme politik serta lobi-lobi kekuasaan. Sampai hari ini kita tidak pernah menemukan partai politik yang ideologis dalam memperjuangankan hak-hak rakyat, lihat saja bagaimana kepengentingan itu bermain dalam proses penentungan hak angket pajak. Negara ini dari segi politik melalui partai politik tidak memiliki arah yang jelas dalam membangun rakyatnya.   
Pemerintah pusat hingga daerah yang mengelolah negara ini, di harapkan mampu memungsikan dan menjalankan peran-peran negara kembali sebagaimana mestinya, namun sepertinya jauh dari harapan karena saat ini pemerintah masih sibuk dengan politik serta bagimana mempertahankan kekuasaan atau sibuk menjaga citra agar tetap disenangi oleh rakyat. Persiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai pemegang kebijakan tertinggi negara ini juga masih terjebak dalam arus menjaga kekuasaan dan citra hingga tugas-tugasnya sebagai kepala negara banyak yang terabaikan. Kritik dari berbagai elemen masyarakat  pun tidak jadikan sebagai motivasi untuk bekerja akan tetapi krtitik itu dianggap sebagai langkah untuk menjatuhkan  dari kekuasaanya.
Persiden SBY, banyak tampil dalam media layaknya para artis mengumbar berbagai program dan janji bahwa akan menyelesaikan semua permasalahan negara, semua itu hanya berada dalam retoris belaka karena faktanya berbagai kasus di negara belum juga diselesaikan. Ketegasan yang butuhkan untuk mengeluarkan kebijakan guna memperbaiki problem negara namun yang di suguhkan adalah memohon belas kasihan agar dimaklumi.
Negara yang tanahnya pernah di basahi dara para pejuang dan pahlawan kini berwajah buram. Buram karena tindakan para penguasa yang tidak menjalankan peran-perannya. Negara ini sudah lama dieksploitasi untuk kepentingan golongan tertentu. kekayannya mulai habis untuk membiayai pertarungan politik dan kekuasaan. Kekayaan negara yang semestinya membiayai kebutuhan dasar rakyat telah dirampas oleh pemerintahnya sendiri dan segelintir golongan. Mereka terjajah dinegeri sendiri.
Pada perjalanannya yang telah lama merdeka, negeri ini harusnya telah maju dan dapat di sejajarkan dengan negeri maju yang lain tapi apa yan terjadi, bahkan Malaysia pun yang negaranya sangat kecil yang dulu sangat jauh tertinggal dari negara ini kini telah jauh meninggalkan kita. Harapan kita agar negera ini semakin maju tidak kunjung kita jumpai sehingga semuanya hanya menjadi angan-angan. Negera ini tidak berjalan maju akan tetapi yang terjadi mala sebaliknya negara ini sedang berjalan menuju kemunduran.**

No comments:

Post a Comment